Dalamcerita pewayangan jawa, diceritakan nala gareng adalah anak gandarwa (sebangsa jin) yang diangkat anak oleh semar. Sebagai gambaran awal, kisah ini merupakan kisah pewayangan jawa yang memiliki sedikit perbedaan dengan cerita mahabharata tepatnya pada tewasnya gatot kaca. Source: islamindonesia.id0% found this document useful 1 vote21K views2 pagesOriginal Titlecerita wayang bahasa jawaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 1 vote21K views2 pagesCerita Wayang Bahasa JawaOriginal Titlecerita wayang bahasa jawaJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
1. Tanggap Sasmita. Padha gulangen ing kalbu. Ing sasmita amrip lantip. Aja pijer mangan nendra. Ing kaprawiran den kesthi, pesunen sarinira, sudanen dhahar lan guling. Artinya : Latihlah hatimu, tentang suara hati agar kamu bisa menjadi ahli. Jangan terlalu banyak dan santai, tentang sifat perwiraan, agar menjadi cita-cita. Ambilah intisarinya.
Diikutioleh empat penyair Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Begawan Suwandhagni melihat senjata Cakra dari Raja Harjuna Sasrabahu dipulihkan. Bambang Sumantri hilang karena Raden Sukasrana ingin bergabung. Bambang Sumantri kemudian mendesak adiknya untuk tidur. Setelah adiknya, Bambang Sumantri pergi bekerja dengan kakaknya ke Maespati.
Dalam bahasa Jawa dikenal dengan perumpamaan tanggap ing sasmita lan impad pasanging grahita yang Wali Songo juga terlibat dalam penciptaan gamelannya sendiri. Cerita dalam lakon pewayangan ini terdiri dari 4 tokoh, yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Bagong tercipta dari bayang-bayang Semar. Pada mulanya Semar datang ke bumi
Indonesiaadalah Negara yang mempunyai beragam suku dan kebudayaan. Mulai dari musik tradisional, tarian tradisional, pakaian adat, bahasa yang beragam, dan seni pertunjukan wayang golek. Kesenian pertunjukan wayang golek ini sudah ada pada abad ke 10, dan pergelaran wayang golek ini sangat diminati oleh masyarakat, dan khususnya masyarakat Jawa Barat itu sendiri.